Politik

Pengamat: Proses Demokrasi di Parlemen Bak Persekongkolan 'Penjahat'

JAKARTA - Profesor Riset Bidang Perkembangan Politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Hermawan Sulistyo mengibaratkan proses demokrasi di parlemen belakangan ini bak aksi persekongkolan "penjahat".
 
"Misalnya, ada 30 orang di ruangan ini, lalu yang berkomplot ada 20 orang. Nah yang 20 orang penjahat ini bersekongkol dalam voting menyebut tembok warnanya biru, padahal cokelat, itu lah yang terjadi di DPR sekarang," kata Hermawan dalam Diskusi Publik Selamatkan Demokrasi Indonesia yang diselenggarakan LIPI di Jakarta, Jumat (10/10).
 
Dia mengatakan demokrasi persekongkolan seperti itu mengkhawatirkan. Terlebih menurut dia, jumlah orang di DPR yang dapat dikategorikan sebagai "penjahat" jumlahnya cukup besar. "Mungkin di DPR kalau isinya 30 orang, 'penjahat'-nya itu 31 orang," seloroh Hermawan.
 
Hermawan menegaskan LIPI merasa perlu bersuara terkait proses demokrasi yang belakangan terjadi di parlemen. Peneliti LIPI menurutnya, sama sekali tidak sedang terlibat dalam sebuah langkah politik praktis.
 
"Kalau peneliti mau jadi politisi, lepaskan dulu jabatannya sebagai peneliti, itu boleh," ujar dia.
 
Sebelumnya proses pemilihan pimpinan DPR RI dan MPR RI dilakukan dengan proses voting. Dengan proses seperti itu suara mayoritas yang diperhitungkan. Faktanya partai politiktergabung dalam Koalisi Merah Putih menyapu bersih jajaran kursi pimpinan DPR RI dan MPR RI. (rep01/rol)